Selamat dan sukses

trima kasih anda telah mengunjungi blog kami...
semoga anda memperoleh manfaatnya, amien.

Minggu, 30 Oktober 2011

ekonomi

Wedus Gembel

"Wedus gembel" itu boleh jadi adalah kita semua....


Mengapa Kurt Cobain mati? Tukang listrik yang hendak memasang sistem pengaman di rumahnya menemukan si tuan rumah tergeletak tewas di lantai dalam genangan darah. Dikabarkan kemudian, ia mengonsumsi heroin dalam dosis mematikan, dan menuntaskan pekerjaannya dengan menembak kepalanya sendiri dengan Remington 20.

Yang kenal dengan kehidupan macam ini tak terlalu kaget. Cobain, tulang punggung band paling berpengaruh di tahun 1990-an, dalam setiap geraknya terus dikuntit media. Beride melawan kemapanan, ia bahkan melawan istilah counter culture itu sendiri. Gerakan hippies baginya telah tergadai. Maka seperti dikutip di buku The Rebel Sell ia berujar: aku akan mengenakan kaus cetak celup kalau celupannya adalah darah Jerry Garcia. Jerry Garcia dari Grateful Dead adalah ikon counter culture.

Cobain ingin membebaskan diri dari proses komodifikasi lewat musik alternatifnya. Persoalannya, apa pun karyanya laku di pasar dan segera terserap menjadi mainstream. Album Nevermind-nya pada waktu itu bahkan melampaui penjualan album

Michael Jackson. Ia mencoba berbalik ke arah lain. Tetap saja publik mengelu-elukan. Tak ada tempat lari. Rousseau bilang: manusia lahir bebas, tetapi terbelenggu di mana-mana. Itulah tragedi nasib manusia seperti dibabar oleh filsafat romantik.

Kehampaan akibat modernisme dengan rasionalisme dan intelek telah melahirkan reaksi luar biasa. Romantisisme—gerakan yang mendominasi imajinasi artistik sepanjang abad ke-19—menerima nihilisme sampai titik terendah: kematian. Di sebelah jasadnya, Cobain meninggalkan nota: better to burn out than fade away (lebih baik habis terbakar daripada surut).